Berbagi Tanpa Batas.

Breaking

Saturday, May 26, 2018

Faktor Pendorong Perubahan Sosial Beserta Penjelasannya



Faktor Pendorong Perubahan Sosial
   Setiap perubahan sosial memerlukan proses, baik itu cepat maupun lambat. Perubahan sosial bergantung pada sejumlah faktor pendorong. Apabila dalam masyarakat terdapat banyak faktor pendorong, semakin cepat proses perubahan sosial tersebut, begitupun sebaliknya. Berikut beberapa faktor pendorong perubahan sosial:

1. Kontak Dengan Kebudayaan Lain
    Kontak dengan kebudayaan lain menunjukkan adanya hubungan sosial antarmasyarakat. Masyarakat dapat menyebarkan unsur kebudayaannya, termasuk penemuan baru, kepada masyarakat lain. Proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu individu/kelompok kepada individu/kelompok lain sering disebut difusi. Adapun proses difusi dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
  • Kontak dengan masyarakat tertentu
  • Kemampuan mendemonstrasikan manfaat penemuan baru
  • Pengakuan kegunaan penemuan baru dari masyarakat lain
  • Ada tidaknya unsur kebudayaan yang menyaingi unsur penemuan baru
  • Peranan masyarakat dalam menyebarkan penemuan baru
2. Kemajuan Sistem Pendidikan
    Menurut Setiadi dan Kolip (2011: 638), pendidikan dapat merencanakan arah suatu bangsa mendatang. Sistem pendidikan yang maju akan mendorong siswa berpikir kritis serta analitis. Hal ini sesuai dengan pendapat Nanag Martono (2012: 18-19) bahwa pendidikan dapat membuka pikiran dan membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif.
    Melalui pendidikan, seseorang dapat mengembangkan pola pikir, kreativitas, dan kemandirian. Perkembangan pola pikir dan kreativitas dapat berpotensi seseorang menciptakan penemuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. 

3. Sikap Saling Menghargai Hasil Karya Orang Lain
    Pemberian penghargaan dapat mendorong individu atau kelompok meningkatkan prestasi. Pemberian penghargaan merupakan contoh sikap saling menghargai hasil karya orang lain. Sehingga pencipta menjadi semakin termotivasi untuk melakukan dan menciptakan penemuan-penemuan baru. Hal ini mendorong terjadinya perubahan sosial.

4. Keinginan Manusia Untuk Memperbaiki Kualitas Hidup
    Secara umum, kualitas penduduk Indonesia didasarkan pada faktor pendapatan, kesehatan, dan pendidikan. Adanya faktor-faktor tersebut menyebabkan kehidupan manusia lebih dinamis, karena manusia akan senantiasa terdorong berusaha memperbaiki kualitas kehidupannya. 

5. Heterogenitas Masyarakat
    Heterogenitas masyarakat menunjukkan perbedaan latar belakang seperti kebudayaan, ras, bahasa, suku bangsa, ideologi, agama, dan status sosial dalam masyarakat. Masyarakat heterogen pada umumnya tinggal di perkotaan atau daerah yang dekat dengan pusat bisnis, pemerintahan, dan pendidikan. Dalam masyarakat tersebut terjadi tukar- menukar kebudayaan sehingga perubahan sosial lebih mudah terjadi (Setiadi dan Kolip: 2011: 654).
    Masyarakat dengan tingkat heterogenitas tinggi cenderung sistem lapisan terbuka atau stratifikasi sosial terbuka. Artinya, setiap individu kelompok memiliki peluang yang sama menduduki lapisan masyarakat yang diinginkan. Kondisi ini sering menyebabkan terjadinya persaingan dalam masyarakat. Oleh karena itu, ketika individu atau kelompok mampu mencapai lapisan sosial yang diinginkan, individu atau kelompok tersebut telah melakukan gerakan-gerakan untuk melakukan perubahan. Misalnya, dalam penggunaan telepon seluler terbaru yang beredar di pasaran.

6. Sikap Mudah Menerima Hal-Hal Baru
    Hal-hal baru seperti ilmu pengetahuan dan penemuan-pememuan baru mampu membawa pola pikir seseorang menjadi lebih maju. Oleh karena itu, setiap orang yang mudah menerima hal-hal baru (ilmu pengetahuan dan teknologi) akan terdorong melakukan perubahan.

7. Ketidakpuasan Masyarakat Terhadap Bidang-Bidang Kehidupan Tertentu
    Manusia pada dasarnya memiliki keinginan tidak terbatas guna menciptakan kehidupan yang lebih baik lagi. Mereka akan cenderung mengembangkan dan menciptakan hal-hal baru untuk mencapai titik kepuasan yang diinginkannya (Setiadi dan Kolip; 2011: 654-656). Apabila kepuasan tersebut telah dicapai,manusia akan kembali merasa tidak puas terhadap hal baru tersebut. Dari sifat manusia inilah, tercipta perubahan yang mendorong kemajuan. 

8. Orientasi Pada Masa Depan
    Adanya keinginan berupa cita-cita merupakan bentuk orientasi seseorang pada masa depan. Orientasi ini biasanya menunjukkan keinginan untuk hidup lebih baik. 
    Individu-individu yang memiliki orientasi pada masa depan umumnya memiliki sikap optimis. Ketika suatu masyarakat memiliki rasa optimis, mereka selalu bersikap ingin maju. Ketika keinginan tersebut telah tertanam kuat dalam jiwa masyarakat, proses-proses perubahan sosial akan terjadi secara bertahap dalam kehidupan masyarakat.

9. Sistem Terbuka Dalam Lapisan Masyarakat (Open Stratification)
    Open stratification atau sistem stratifikasi yang terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Gerak sosial tersebut menunjukkan terjadinya mobilitas sosial dalam masyarakat. Menurut Kamus Sosiologi, mobilitas sosial adalah perubahan kedudukan atau status individu ataupun kelompok baik secara vertikal maupun horizontal. Menurut Kamus Sosiologi, mobilitas sosial adalah perubahan kedudukan atau status individu ataupun kelompok baik secara vertikal maupun horizontal. 
    Mobilitas sosial juga mencakup struktur sosial yang berkaitan dengan hubungan antarindividu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya. Lapisan masyarakat yang terbuka atau sistem stratifikasi terbuka dapat memberi peluang bagi individu atau kelompok lain menduduki lapisan yang diinginkan. Ketika individu atau kelompok mampu mencapai Iapisan sosial yang diinginkan, ia telah melakukan gerakan perubahan. 
    Suatu perubahan dapat dikategorikan sebagai perubahan sosial apabila perubahan tersebut dapat memengaruhi proses sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh, kehidupan masyarakat di perkotaan yang cenderung memiliki sistem pelapisan masyarakat terbuka. Kehidupan masyarakat kota cenderung lebih kompleks dan cenderung memiliki pola pemikiran lebih maju. Kemajuan pola pikir akan mendorong mereka melakukan perubahan sosial agar dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik.

10. Akomodasi terhadap Perilaku Menyimpang
    Tidak semua perilaku menyimpang merupakan tindakan negatif. Pada dasarnya, perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dianggap bertentangan dengan kebiasaan-kebiasaan masyarakat. Sebagai contoh, pemerintah mendatangkan seorang guru untuk mengajar di suatu daerah pedalaman. Masyarakat pedalaman cenderung mengabaikan pendidikan, bahkan mereka menganggap me1nbantu pekerjaan orang tua lebih penting daripada sekolah. Oleh karena itu, apabila anak berangkat sekolah dan tidak membantu pekerjaan orang tua, ia akan dianggap melakukan penyimpangan. 
    Meskipun demikian, sosialisasi mengenai pendidikan yang diberikan oleh guru dan pemerintah dapat membuka pikiran masyarakat mengenai pendidikan. Dengan demikian, pada umumnya masyarakat akan melakukan akomodasi. Dalam Kamus Sosiologi, akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri dari individu atau kelompok yang semula saling bertentangan sebagai upaya mengatasi ketegangan (Haryanta dan Sujatmiko; 2012: 6). 
    

No comments:

Post a Comment